Menanti Tuah Pantun Jawara Demi Jabar Juara

Menanti Tuah Pantun Jawara Demi Jabar Juara

BANDUNG, suaramerdeka.com – Belakangan, jurus-jurus berupa untaian pantun ramai dilontarkan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil dalam serangkaian kegiatannya. Ucapan “Cakep” pun kerap terdengar. Suasana seketika mendadak hangat. Tak jarang, applaus berkumandang.

Tentu saja, pantun itu tak sembarang pantun. Ada muatan yang ingin disampaikan. Apalagi kalau bukan program-program yang dituangkan guna menyelaraskannya dengan sesanti “Jabar Juara Lahir Batin”. Setidaknya, ini serius tapi santai.

Salah satu pantun yang sempat dilontarkan Ridwan Kamil adalah, “Ketemu Mojang Kacida Geulisna, Eh Ternyata Sudah Bersuami. Pembangunan Infrastruktur Harus Paripurna, Untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi.” Pantun lainnya berbunyi, “Keliling Kota Mencari Cincin, Untuk Meminang Kekasih Hati. Agar Jabar Juara Lahir Batin, Inovasi dan Kolaborasi Jangan Berhenti”.

Khusus kata kata inovasi dan kolaborasi adalah semangat yang coba disemaikan Ridwan Kamil bersama deputinya, Uu Ruzhanul Ulum dalam era kepemimpinannya. Inovasi itu direpresentasikan melalui sejumlah program yang diluncurkan pada masa awal-awal pemerintahannya.

Program itu di antaranya Kredit Mesra (Masyarakat Ekonomi Sejahtera), Jabar Masagi untuk pendidikan karakter,    Jabar Saber Hoaks, Desa Digital, One Pesantren One Product (OPOP), Sekoper Cinta (Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita), hingga One Village One Company alias Desa Juara.

Deretan strategi itu terus diingatkan RK dan Uu nyaris dalam memberikan sambutan kegiatan. Tentu saja bukan sekadar mengulang tapi mereka mengharapkan program itu mendapat respon positif semua komponen. Kuncinya jelas adalah dengan kolaborasi. Mungkin lebih tepatnya sinergi.

Kepada jajarannya terutama ASN yang menjadi bagian dari dapur pacunya dalam membangun Jabar,  RK menyebut pengimbangannya adalah melalui pemahaman akan pemerintahan dinamis. Birokrasi yang tak bergerak kaku, namun responsif. Syukur-syukur membawa kebaruan dalam menghadapi tantangan yang semakin berkembang.

“Kita ini melayani bukan dilayani, ini berkaitan dengan reformasi birokrasi, kemudian dynamic government sehingga jangan kaku dengan panduan yang kadang kalah cepat dengan dinamika di lapangan sehingga dibutuhkan pamong praja atau ASN yang responsif, inspiratif, dan bisa mengambil inisiatif,” jelas mantan Walikota Bandung itu, awal Agustus lalu di Jatinangor.

Terhadap kabupaten dan kota, RK pun mengajak bersama untuk “ngabret”, berlari cepat. Salah satu pintu masuk yang digunakan adalah menggenjot sektor pariwisata. Jangan heran, RK bisa melakukan kunjungan lebih dari sekali terhadap objek wisata yang akan dikembangkannya. Waduk Jatiluhur, Purwakarta misalnya, bisa sampai tiga kali kunjungan.

Diharapkan langkah tersebut bisa diimbangi dengan kegesitan Pemda setempat dan komponen lainnya dalam sebuah semangat bersama merealisasikan programnya. Demikian pula dengan Pangandaran. Terbaru, Emil –sapaan akrabnya, memposting progres penataan zona pejalan kaki bagi pengunjung objek wisata pantai itu di akun sosial medianya yang mempunyai hampir 11 juta pengikut. Sebelumnya, dia menyempatkan pula berkunjung langsung ke kabupaten paling baru di Jabar itu untuk mengecek segala sesuatunya karena kawasan pantai itu bakal disulap seperti Hawai.

Pendekatan kekompakan itu ditunjukan pula Ridwan Kamil dalam mencari solusi atas persoalan di lapangan. Salah satunya kasus tumpahan minyak mentah di perairan Karawang yang sejak awal dinilainya merupakan tanggung jawab corporate sehingga proses penanganannya harus tuntas karena terukur. Sebelumnya, dia melakukan pertemuan dengan semua komponen yang terlibat dalam persoalan itu sehingga formulasi yang ditawarkan bisa diterima bersama.

Langkah ini sama halnya ketika sang arsitek itu mencermati penetrasi komoditas teh Jabar ke Eropa yang kurang menggembirakan. Kolaborasi, tegasnya, akan membuat kesulitan yang dihadapi menjadi lebih ringan kadarnya sehingga peluang mengubah keadaan bakal terbuka.

“Ternyata kita kurang riset. Kenapa teh kita tak cocok di Inggris. Ternyata jenis tehnya tak cocok dengan kebiasaan warga di sana yang kerap mencampurnya dengan susu. Karena itu, saya minta untuk riset, terutama untuk membuat peta jalan teh kita. Kalau sudah ada, saya siap jadi duta pemasarannya,” katanya.

Masyarakat dan elemen lainnya tentu saja mendapat giliran pantun dari Ridwan Kamil. Nadanya lebih condong sebagai ajakan untuk bersiap menyongsong perubahan yang dilakukan melalui serangkaian programnya. Tanpa kuda-kuda yang kuat, katanya, jangan harap mereka bisa memanfaatkan peluang sekaligus menaklukan tantangan yang menghadang.

“Bibir Neng Sekar Pakai Gincu, Pergi ke Pasar Beli Kain, Kalau Desa Jatimekar Maju Maka Jabar Juara Lahir Batin,” kata Ridwan Kamil di hadapan warga desa tersebut yang berada di kawasan Waduk Jatiluhur yang bakal disulap jadi objek wisata kelas dunia pada Minggu (18/8) lalu.

Di hadapan pelaku pendidikan terutama SMK dan pelaku industri, Ridwan Kamil juga melontarkan pantun dengan harapan yang sama. “Kulihat Mojang Cantik Berjalan Sendiri Lenggak Lenggok Kanan Kiri, SMK Harus Terus Merevitalisasi Diri Maka Lulusannya Memuaskan Industri,” katanya di Gedung Sate Bandung, Kamis (29/8).

Pantun-pantun tersebut, sebagai sarana komunikasi memang relatif gampang dicerna. Program dan langkah yang dilakukan pun cukup bisa memberikan gambaran Jabar akan dibawa ke mana. Tinggal saja sebagai pantun jawara, tuahnya tengah dinantikan mengingat RK-Uu masih mempunya masa bakti empat tahun lagi.

Hanya saja, dalam pandangan pakar politik Asep Warlan Yusuf, RK dan Uu yang baru menjalani setahun pemerintahannya ini sebenarnya masih harus berkerja keras terutama dalam membumikan semangat kolaborasi plus inovasinya sehingga apa yang tengah dibangun itu bisa dirasakan sebagai keberhasilan bersama. Masyarakat pun ikut memilikinya

Dia paham bahwa itu tak mudah. RK perlu membangun pola komunikasi yang tepat terutama dengan kabupaten dan kota untuk ikut dalam irama yang dimainkan, terlebih dengan status Emil yang juga merupakan kepanjangan tangan pemerintah pusat. Bagaimana program-program itu bisa diyakinkan bakal mengangkat kesejahteraan wilayahnya.

“Tak ada yang salah dengan langkah Emil, namun masih ada anggapan, kecenderungan bahwa Juara Lahir Batin itu hanya untuk Ridwan Kamil saja. Nah, ini yang harus lebih dijelaskan lagi pesan, dan penekanannya. Padahal untuk pemilihan prioritas seperti pariwisata misalnya, itu sudah tepat, terutama dalam meningkatkan kontribusi perekonomian di daerah,” katanya.

https://www.suaramerdeka.com/news/baca/196157/menanti-tuah-pantun-jawara-demi-jabar-juara

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *