19.000 Ha Lahan Teh Berpotensi Diremajakan
Pekerja memetik pucuk daun teh menggunakan mesin petik di lahan PT. Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI), Kersik Tuo, Kayu Aro, Kerinci, Jambi, Rabu (20/5). – Antara/Wahdi Septiawan
Bisnis.com, JAKARTA Sekitar 19.115 hektare (ha) tanaman teh dalam kondisi rusak atau tak menghasilkan berpotensi menjadi target peremajaan dalam program BUN500.
Luas area tanaman teh yang rusak tersebut mencakup 16,87 persen dari total perkebunan teh yang tercatat mencapai 113.307 ha pada 2017.
Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono mengemukakan tanaman teh bakal menjadi salah satu komoditas prioritas dalam 5 tahun ke depan. Ia menyatakan selama 2014-2019, teh belum menjadi komoditas prioritas nasional meski pemerintah sempat mengucurkan dana yang cukup besar guna keberlangsungan Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN) pada 2014 dan 2015 lalu.
“Selama 2014-2019, teh belum termasuk komoditas prioritas nasional. Tahun 2020-2024 masuk menjadi komoditas yang akan dikembangkan dalam BUN500. Utamanya berfokus pada peningkatan produktivitas melalui BUN500 dan replanting [peremajaan],” kata Kasdi kepada Bisnis baru-baru ini.
Dalam proyeksi pengadaan bibit unggul untuk 10 komoditas perkebunan yang termaktub dalam program BUN500, Ditjen Perkebunan menargetkan dapat menyalurkan sekitar 55,55 juta batang bibit teh dengan kualitas baik. Jumlah tersebut rencananya bakal disalurkan untuk lahan seluas 5.555 ha selama periode yang dimaksud atau sekitar 30 persen dari potensi lahan yang memerlukan peremajaan.
Ketua Umum Dewan Teh Suharyo Husen sebelumnya memperkirakan sekitar 40 persen tanaman teh di perkebunan yang dikelola petani rakyat telah memasuki usia tua dengan produktivitas yang menurun. Di sisi lain, luas kebun rakyat menyumbang 43 persen-46 persen dari total kebun teh secara nasional yang mencapai 113.307 ha.
Outlook Teh 2017 yang diterbitkan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian pada awal 2018 lalu menyebutkan pertumbuhan produksi teh perkebunan rakyat (PR) cenderung turun 0,93 persen selama 2013 sampai 2017. Sementara produksi pada perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS), masing-masing mencatatkan pertumbuhan positif rata-rata sebesar 0,87 persen dan 2,77 persen per tahun.
Meskipun sebagian besar luas area teh Indonesia berasal dari perkebunan rakyat, produksi teh perkebunan badan negara selama 2013 sampai 2017 cenderung lebih banyak. Hal ini mengindikasikan bahwa produktivitas teh dari kebun rakyat lebih rendah dibandingkan teh yang diusahakan oleh PBN.
Selama periode tersebut, sebanyak 39,22 persen produksi teh di Tanah Air merupakan kontribusi dari PBN, sedangkan kontribusi PR sebesar 34,77 persen dan sisanya sebesar 26,01 persen berasal dari PBS.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190902/99/1143461/19.000-ha-lahan-teh-berpotensi-diremajakan
Leave a Reply