Gutta Percha, Produk Asli Indonesia yang Mendunia di Era Kolonial
BOGOR, AYBANDUNG.COM — Selain fokus pada perkebunan kelapa sawit, PT Perkebunan Nusantara (PT PN) VIII juga fokus pada menjaga ekosistem alam dengan penanaman pohon jenis Gutta Percha.
Hal itu dibuktikan dengan penanaman pohon jenis Gutta Percha, di 333 hektar lahan PT PN VIII yang tersebar di delapan lahan perkebunan yang berada di bawah naungan PT PN VIII.
Asisten Kepala Wakil Menejer PTPN VIII Unit Sukamaju Dadan Ramdhan mengatakan, pohon jenis Gutta Percha atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan Pohon Getah Perca merupakan salah satu jenis pohon yang sudah ada sejak era kolonial Belanda.
Bahkan, getah dari daun Pohon Gutta Percha asal Desa Cipetir Sukabumi itu sudah terkenal di hampir seluruh seantero Eropa pada masa era kolonial Belanda dulu.
Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan sejumlah kepingan balok kenyal dari getah daun Pohon Gutta Percha yang sudah mengeras seperti balok kayu, yang ditemukan di sejumlah bibir pantai di negara Eropa puluhan tahun lalu.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber. Berdasarkan hasil penelitian, konon balok-balok produk dari getah daun Pohon Gutta Percha yang ditemukan di sejumlah pantai di negara Eropa termasuk di Inggris sudah berusia ratusan tahun.
Bersumber dari berbagai literatur. Konon, balok-balok bertuliskan ‘Tjipetir’ yang ditemukan di sejumlah pantai di negara Eropa itu berasal dari kapal kargo milik Jepang, Miyazaki Maru.
Namun kapal itu diketahui tenggelam saat masa Perang Dunia I. Miyazaki Maru tenggelam sekitar 241,5 kilometer bagian barat Kepulauan Scilly pada 31 Mei 1917 dalam pelayaran dari Yokohama ke London. Saat Miyazaki Maru tenggelam, muatannya termasuk getah perca tumpah ke lautan.
Hal inilah yang memperkuat penemuan balok-balok produk dari getah daun Pohon Gutta Percha yang ditemukan di pantai Inggris, diduga kuat berasal dari kapal kargo milik Jepang, Miyazaki Maru yang karam ratusan tahun silam.
Kentalnya sejarah dibalik Pohon Gutta Percha membuat PT PN VIII memutuskan untuk menanam kembali pohon Getah Perca tersebut. Di PT PN VIII Sukamaju sendiri, setidaknya ada 56 hektare lahan yang ditanami Pohon Gutta Percha.
“Dari 21.252 hektare lahan yang dimiliki PT PN VIII, 333 hektare lahan diantaranya sengaja kami tanami Pohon Gutta Percha. Selain untuk menjaga ekosistem alam, ini juga sebagai upaya kami melestarikan sejarah,” katanya kepada Ayobogor.com kemarin.
Untuk menghasilkan produk Getah Perca, Pohon Gutta Percha hanya diambil bagian daunnya saja. Nantinya daun-daun tersebut akan dihaluskan untuk kemudian diolah dan diproses lalu dicetak menjadi bongkahan karet siap pakai.
Selain digunakan sebagai bahan pembuat plastik di era kolonial, produk Getah Perca ini juga bisa digunakan untuk medis. Seperti untuk pengobatan gigi dan tulang. Bahkan pelapis bola golf juga menggunakan bahan dari pohon Gutta Percha ini.
“Kalau zaman dulu Gutta Percha ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik, pengobatan gigi dan tulang. Bahkan bisa digunakan untuk membuat bola golf dan pelapis pesawat pada masa itu,” bebernya.
Proses pengolahan Gutta Percha
Pengawas Pengelolaan Gutta Percha Budi Prayudi mengatakan, secara umum Desa Cipetir Sukabumi memang sudah terkenal sebagai satu-satunya wilayah penghasil produk Gutta Percha sejak masa era kolonial Belanda. Hal ini dibuktikan dengan pabrik pengolahan Gutta Percha yang sudah beroperasi sejak tahun 1885.
Meski sudah beroperasi sejak ratusan tahun silam. Hingga saat ini Pruduk Gutta Percha memang kurang peminat. Padahal olahan Gutta Percha ini cukup menjanjikan sejak jaman era kolonial.
“Makannya sistem produksi kami, kami akan produksi saat ada pemesan. Kalau tidak kami produksi untuk stok saja. Jadi pada saat ada pesanan kami tinggal kirim produknya,” katanya.
Jika ada pemesan, biasanya dalam satu hari pihaknya mampu memproduksi 13 kilogram bongkahan produk Gutta Percha. Untuk membuat 13 kilogram bongkahan tersebut, setidaknya pihaknya mesti menyiapkan 1 ton daun Gutta Percha.
Meski permintaan produk terbilang tidak banyak. Namun produk Gutta Percha ini sudah melanglang buana ke tanah Eropa. Bahkan hampir di setiap tahun para negara Eropa di luar sana rutin melakukan pemesanan.
Setidaknya ada tiga negara yang rutin melakukan pemesanan pruduk Gutta Percha kepada pihaknya di setiap tahun. Tiga negara tersebut yakni Jepang, Korea dan Jerman.
“Biasanya Jepang, Korea dan Jerman ini memesan 200 kilogram olahan Gutta Percha dalam satu atau dua tahun sekali. Kalau permintaan dalam negeri bervariatif di rata-rata belasan hingga puluhan kilogram saja dalam satu tahun,” bebernya.
Dirinya berharap, kedepannya produk olahan Gutta Percha ini bisa menjadi salah satu perhatian pemerintah. Mengingat produk olahan Gutta Percha ini merupakan salah satu bagian dari sejarah bangsa Indonesia sejak 1885 silam.
sumber berita :
ayobogor.com
Leave a Reply